Minggu, 12 Juli 2009

Cinta Seorang Bapa


Suatu saat ada seorang anak kecil yang sangat nakal. Orang tuanya sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk membuat anak itu menjadi baik.

Suatu saat anak ini melakukan hal yang sangat keterlaluan dan tidak dapat ditoleransi lagi. Kedua orang tuanya memutuskan untuk menghukum dia di kamar loteng yang sudah lama tidak dipakai.

Kamar itu begitu lembab dan gelap. Udara yang masuk pun tidak begitu banyak. Sarang laba-laba ada di mana-mana dan sesekali ada tikus yang berkeliaran di sana. Kamar itu sebenarnya sudah dijadikan sebuah gudang.

“Tidak, ayah, aku tidak mau tidur di sana. Ibu, maafkan aku!” seru si anak.
“Maaf, sayang, tapi tindakanmu tadi sudah keterlaluan. Ayah dan ibu sudah mengingatkanmu berkali-kali, tapi kau tetap saja melakukannya.” kata ayahnya.
“Tapi, ayah, aku takut tidur sendiri di sana! Gelap dan kotor!” rengeknya.
“Tidak bisa, nak. Malam ini kamu harus tidur di sana.”

Singkat cerita, akhirnya si anak mau tidak mau harus tidur di sana. Dia hanya bias menangis dan menangis ketika di masukkan dalam kamar itu. Kegelapan yang pekat menyelimuti dia dan dinginnya udara malam seakan-akan menusuk kulitnya terus-menerus. Ketakutan dan kedinginan menyelimuti dia dan kehampaan kamar itu pun menambah ngeri malam itu.

Tetapi tidak lama setelah itu, pintu kamar itu terbuka. Sebuah lilin yang menyala mulai menerangi kamar loteng itu. Si anak mulai merasakan kehangatan. Dia melihat wajah ayahnya di belakang sinar lilin itu.

“Ayah?” tanya anak itu memastikan.
“Hei, ayah bawakan lilin dan selimut nih. Kamu pasti kedinginan ya.” ujar ayah itu sambil melemparkan senyumnya. Dengan cepat dia menyelimuti anak itu dengan selimut yang dibawanya dan mengeluarkan sebuah bungkusan. “Ini ada burger yang masih hangat. Kamu pasti lapar juga khan?” Anak itu mengangguk sambil membuka bungkusan burger tersebut.
“Ayah, aku takut tidur sendirian. Bagaimana kalau ada tikus yang naik ke kakiku? Aku jijik.”
“Ha, ha, ha, jangan takut, nak. Ayah akan berjaga di sini. Kamu tenang saja, ok?” balas ayahnya dengan nada yang lembut dan menenangkan hati. “O ya, ayah juga bawa buku ceritaan nih. Mau denger?”

Seringkali kita melakukan dosa karena hawa nafsu kita atau keinginan daging kita dan karena itu kita harus menjalani konsekuensi perbuatan kita tersebut. Mungkin kita merasa kalau kita berada dalam ruangan yang sangat gelap, dingin, hampa dan kotor. Tetapi sadarkah kita, kalau Bapa kita di surga selalu menyertai kita? Sekalipun kita dihukum karena dosa-dosa kita, Dia selalu ada bersama-sama dengan kita sehingga kita dapat menjalani semuanya dengan kuat. Ingatlah, Bapa tidak pernah akan meninggalkan kita.

--- Holy Vink ---

0 comments: